Muh. Yusuf, Jl. Perintis Kemerdekaan Kota Makassar
Selama kurang lebih 4 tahun terakhir saya menempuh pendidikan di Universitas Hasanuddin sebagai seorang mahasiswa peternakan, berbagai pencapaian telah saya dapatkan diantaranya menjadi salah satu mahasiswa berprestasi, juara 2 pada perlombaan debat peternakan hingga mendapat gold medal pada perlombaan karya tulis ilmiah tingkat internasional, tak hanya sampai disitu, penulis juga tak henti hentinya memanfaatkan berbagai kesempatan untuk terus bertumbuh, mengembangkan dan mempelajari berbagai hal baru melalui berbagai program seperti kegiatan magang dan studi independent bersertifikat yang diselenggarakan oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan sebagai area marketing pada PT. Nutrifood Indonesia selama 5 bulan hingga mengikuti pelatihan berbasis kompetensi oleh Kementrian Ketenagakerjaan di Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Bandung Barat pada program pelatihan pengoperasian proses fermentasi.
Sebagai seorang mahasiswa, penulis tak hanya ingin lulus sebagai seorang sarjana tanpa pengalaman, sehingga penulis telah membuat rencana masa depan beserta strategi dan upayah untuk dapat mewujudkannya, penulis bercita cita menjadi bagian dari Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagai seorang fasilitator daerah keamanan pangan. Fasilitator daerah keamanan pangan atau lebih dikenal dengan fasda. Fasda adalah seseorang yang berperan aktif dalam melakukan pendampingan penerapan CPPOB di UMKM, sekaligus mendampingi UMKM dalam melakukan pendaftaran pangan olahan dengan nomor pendaftaran PIRT di Kabupaten/Kota maupun izin edar MD ke Badan POM.
Menjadi seorang Fasilitator dilandasi oleh keinginan penulis untuk mengembangkan produk olahan susu di Sulawesi Selatan khususnya pada Kabupaten Enrekang. Sektor peternakan di Kabupaten Enrekang merupakan salah satu potensi alam yang dimiliki oleh daerah tersebut yang menjadi pemasok kebutuhan masyarakat akan protein hewani, baik itu kebutuhan masyarakat setempat maupun untuk di daerah luar. Menurut Hifizah dkk (2020) Perkembangan peningkatan populasi sapi perah di kabupaten Enrekang rata-rata populasi sapi perah meningkat 131 ekor setiap tahun. Peran sapi perah dalam agribisnis pertanian cukup menonjol dibanding sapi potong, sehingga masyarakat lebih memilih memelihara sapi perah karena menghasilkan air susu sebagai bahan baku pembuatan dangke yang merupakan makanan tradisonal Kabupaten Enrekang. Hal ini menunjukkan bahwa potensi pengembangan produk olahan susu di Kabupaten Enrekang cukup besar namun pemanfaataannya yang masih fokus untuk pembuatan dangke sebagai hasil olahan susu membuat penulis ingin agar para peternak tidak hanya fokus pada olahan susu menjadi dangke akan tetapi dapat lanjut hingga ke tahap fermentasi.
Mewujudkan impian tersebut bukanlah hal yang mudah dan penulis membutuhkan bekal pengalaman agar dapat kompeten dalam mengoperasikan proses fermentasi, sehingga perlu untuk memperdalam ilmu melalui berbagai program peningkatan kapasitas diri. Alhamdulillah melalui program Siap Kerja oleh Kementerian Ketenagakerjaan di BPVP Bandung Barat, penulis dapat mengikuti pelatihan pengoperasian proses fermentasi selama kurang lebih satu bulan yang diselenggarakan oleh Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Bandung Barat dengan kompetensi keahlian diantaranya Produktivitas, Mengikuti Prosedur Kerja Menjaga Praktik Pengolahan yang Baik (GMP), Membersihkan dan Sanitasi Peralatan, Menerapkan Sistem dan Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Soft Skill, Mengoperasikan Proses Fermentasi dan Mengoperasikan Proses Pengemasan.
Setelah pelatihan selesai penulis akan melanjutkan perjalanan untuk mewujudkan cita-cita yang telah direncanakan sebelumnya untuk menjadi seorang fasilitator kemanan pangan dengan harapan besar dapat mengedukasi para peternak khususnya di Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan terkait produk fermentasi agar produk hasil ternak khususnya susu tidak hanya menjadi produk olahan dangke tapi berinovasi menjadi yoghurt, kefir hingga mozarela dengan harapan para pelaku UMKM bisa mendapat penghasilan lebih dari sebelumnya karena varian produk jualan lebih bervariasi yang berdampak pada value UMKM milik masyarakat.
Saat penulis telah mencapai tujuaannya dalam mengembangkan UMKM melalui pengoperasian proses fermentasi, maka penulis ingin fokus untuk membuat industri rumahan untuk produk fermentasi sehingga dapat mempekerjakan masyarakat yang ada di tempat tinggal penulis dan berharap banyak yang terinspirasi untuk menjadi seorang wirausaha sehingga akan semakin banyak pula lapangan pekerjaan yang terbuka, Karena sebaik baik manusia adalah yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat disekitarnya.
Memberikan manfaat dan mengerjakan suatu pekerjaan sebaiknya tidak kita nilai dari status dan gelar yang telah kita peroleh dan saya pernah membaca kutipan dari Kitabuku.id yang menyatakan bahwa : yang mengerikan dari pendidikan adalah jebakan gelar. Seseorang menjadi gengsi untuk melakukan pekerjaan yang mereka rasa pekerjaan itu bukanlah level mereka sehingga dia lebih memilih untuk tidak melakukan apa-apa, meski dia sedang membutuhkannya untuk meneruskan hidupnya.
SUMBER
Hifiza, A., Faikatushalihat, Astati, M. A. Jamili. 2020. Usaha Peternakan Sapi Perah dan Olahan Susu Nursi di Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang Melalui Pemanfaatan Limbah Pertanian. Jurnal Ilmu dan Industri Peternakan, 6(1) : 123-128.