Semasa menginjakkan di bangku pendidikan, saya berpikir bahwa keterampilan dan kemampuan seseorang merupakan hal yang PALING menentukan keberhasilan seseorang. Olehnya itu, saya pun banyak belajar dan tekun mempelajari keterampilan-keterampilan dan ilmu-ilmu penting terkait hard skill, seperti teknik pemilihan bahan baku untuk produksi, cara membuat tata letak pabrik agar produktif dan efisien, cara memasak yang baik, dan ilmu-ilmu teknis lainnya yang sekiranya dapat mendukung karir saya nanti sebagai pebisnis di dunia kuliner.
Pada prakteknya, saya menyadari bahwa keterampilan yang paling penting dibutuhkan dalam mencapai kesuksesan adalah ketermapilan dalam kecakapanhidup. Begitu banyak sahabat saya memiliki kemampuan di bawah rata-rata namun dapat meraih kesuksesan. Keterampilan tersebut belakangan saya pahami diistilahkan sebagai soft skill. Soft Skill yaitu sikap, perilaku atau karakter individu yang ada dalam diri masing-masing. Lebih condongnya pengertian soft skill adalah sikap dan kebiasaan dalam berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain.
Saya pernah membaca sebuah buku yang ditulis oleh seorang praktisi bisnis di dunia fashion yang pernah mem-PHK seluruh karyawannya. Awalnya beliau menjadikan keterampilan hard skill sebagai parameter utama dalam menyeleksi karyawan. Namun ternyata banyak kejadian yang mengantarkannya pada pemahaman bahwa, “melatih orang untuk mampu menguasai hard skill adalah lebih mudah dibandingkan harus merubah karakter (soft skill) dari diri seseorang”. Karena orang yang memilki keterampilan soft skill yang baik pada kenyataannya lebih mudah diarahkan, lebih pandai dalam berkomunikasi, dan lebih mampu mengendalikan serta menempatkan dirinya.
Hal ini didukung oleh penelitian di Harvard University Amerika Serikat yang menyatakan bahwa ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 30% oleh hard skill dan sisanya 70% oleh soft skill.
Sayangnya pendidikan Indonesia saat ini masih belum menjadikan pendidikan karakter (soft skill) sebagai fokus pendidikan. Orang lebih mengutamakan pendidikan yang bersifat hard skill seperti keterampilan menjahit, komputer dll. Padahal Soft skills dan hard skills adalah 2 hal yang saling melengkapi dalam diri sesorang dalam mencapai cita-cita dan tujuan hidupnya. Keduanya sama-sama penting dan sebaiknya dimiliki oleh setiap orang jika ingin mencapai sebuah kesuksesan dalam hidup. Contoh, seseorang yang memiliki kemampuan teknik handal tapi tanpa disertai kedisplinan atau kejujuran maka akan sulit mencapai kesuksesan, begitu juga sebaliknya. Seseorang dengan kedisplinan atau kejujuran tinggi tapi kurang dalam keterampilan teknik juga akan mengalami kesulitan dalam karirnya.
Gambar di atas ini menunjukkan peran soft skill dan hard skill, seperti teori gunung es. Sekalipun sebagian gunung es tidak terlihat (berada di bawah permukaan air), namun ia berperan besar dalam menyumbang kekokohan dan kekuatan gunung es. Demikian pula halnya dengan soft skill. Yang berperan besar dalam pertumbuhan dan keberhasilan seseorang adalah soft skill-nya, sekalipun perubahannya tidak kasat mata dan membutuhkan proses/waktu.
Hal ini yang menjadi alasan besar bagi Kementerian Ketenakerjaan untuk menjadikan materi soft skill sebagai pembahasan awal dalam Pelatihan Berbasis Kompetensi. Dari total pelaksanaan kegiatan pelatihan 16 hari, pelatihan soft skill dilaksanakan di awal selama kurang lebih 4 hari dengan 8 modul pembelajaran diantaranya adalah penerapan 5R yang dibaca dengan mengklik link di bawah ini.
http://blklembang.info/just-relax/tingkatkan-produktifitas-budayakan-5s/