Dahulu, masyarakat Kemplung, Kec Parigi, Pangandaran selain bertani padi juga menanam ikan nila dan mas. Dalam perkembangannya, perikanan di kampung ini ditinggalkan karena minimnya pengetahuan. Baru beberapa bulan belakangan ini sektor perikanan kembali menggeliat dengan lahirnya kelompok tani yang dilatih Balai Latihan Kerja (BLK) Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Kelompok ini dipimpin Dede Satria, pria kelahiran Pangandaran 53 tahun lalu. Kelompok Dede yang terdiri dari 16 orang petani memanfaatkan lahan tidur milik masjid Al Huda. Pembentukan kelompok ini pun berangkat dari obrolan santai di antara jamaah masjid. Masjid ini memiliki tanah wakaf cukup luas berupa lahan-lahan bekas kolam yang terbengkalai, banyak di antaranya yang ditumbuhi eceng gondok dan menjadi sarang ular.
“Kami ingin hidupkan kembali lahan tidak produktif yang dulunya bekas kolam-kolam ikan. Kolam-kolam tersebut banyak ditinggalkan pemiliknya karena tidak produktif,” kata Dede Satria, di atas gubuk teduh di kolam ikannya, Jumat, 21 Agustus 2020.
Jika dihitung-hitung, Dede bilang lahan tidur di Kecamatan Parigi tersebut membentang seluas sekitar 4 kilometer. Sebagian besar lahan tersebut dulunya kolam-kolam tradisional. Para petani ikan tradisional ini menghasilkan ikan nila, mas, jaer dan gurami. Namun karena kurang pendekatan ilmu pengetahuan, kolam-kolam tersebut berjatuhan seperti daun yang sudah tua. “Dengan cara tradisional lama panennya. Dengan ilmu dari BLK cepat panennya,” kata Dede.
Dalam pemasaran, kelompok ini tidak menemui kendala berarti. Konsumen banyak datang dari dalam dan luar kampung. Kualitas ikan hasil kolam Kampung Kemplung cepat menyebar dari mulut ke mulut. Bahkan anggota sampai kewalahan melayani pembeli yang terus mengalir. Dede melihat bisnis ikan nila yang dibangun kelompoknya punya pangsa pasar ikan menjanjikan. “Kita banyak konsumen. Untuk pasar kita kewalahan. Padahal dari awal kita tak tahu cara memasarkan ikan,” katanya sambil tersenyum.