Yudi Prastyoko, Lumajang – Jawa Timur
Hidup adalah pilihan dan begitu banyak pilihan dalam menggapai mimpi. Hanya saja tidak semua orang sama dalam menyikapinya. Jika pertanyaan “Kemanakah anda setelah ini” disampaikan kepada anak SMA, umumnya mereka akan menjawab: “Saya akan melanjutkan kuliah di universitas negeri ternama.”. Jika ditanyakan kepada anak SMK mereka akan menjawab: “Saya akan bekerja di perusahaan”. Sedangkan bila ditanyakan kepada anak kuliah semester akhir ada dua kemungkinan jawaban, yaitu “Saya akan mencoba mendaftar kerja di pemerintahan atau perusahaan swasta” atau “Melanjutkan ke jenjang S2, karena ke depan lebih berpeluang dalam dunia kerja”.
Kenyataannya setelah benar-benar lulus tidaklah semudah membalik telapak tangan. Yang ingin kuliah belum tentu dapat langsung kuliah dan yang akan bekerja terkendala persyaratan kompetensi dan pengalaman. Akhirnya banyak dari mereka yang bingung mau kemana. Kurangnya keperdulian para siswa dan mahasiswa tentang dunia yang akan dihadapi selepas dari bangku pendidikan menjadi salah satu penyebab ketidakberdayaan tersebut. Selama sekolah atau kuliah terlalu “asyik” dalam dunia yang saat ini mereka jalani.
Keberpihakan dan keperdulian pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan dengan meluncurkan program SIAPkerja baik secara offline maupun online bisa menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah ketenagakerjaan. SIAPkerja memberikan pelayanan pendaftaran pelatihan dan pemagangan, peningkatan produktivitas, penempatan tenaga kerja, pelayanan tenaga kerja mandiri, dan pelayanan sertifikasi kompetensi kerja. Intinya dengan program SIAPkerja, para lulusan sekolah dan kuliah fresh graduated berkesempatan untuk mendapatkan pelatihan kerja, pengalaman dan kompetensi yang sangat dibutuhkan di dunia kerja.
BPVP Bandung Barat berperan aktif dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan dengan mengadakan program Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK). Salah satu program pelatihan yang diselenggarakan adalah Budidaya Sayuran Hidroponik (boarding). Keseriusan penyelenggara dalam kegiatan tersebut menghasilkan lulusan kompeten dengan dibuktikan kelulusan 100% peserta dalam Uji Kompetensi oleh BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi). Dengan memiliki sertifikasi BNSP, seseorang dapat meningkatkan kualitas kerja, peluang karir, kredibilitas, kinerja dan produktivitas serta memenuhi persyaratan hukum dan regulasi yang sangat dibutuhkan di dunia kerja. Kesempatan tersebut tentunya sangat menjanjikan dan dapat membantu bagi peserta dalam melanjutkan langkah menyongsong hari esok yang lebih cerah.
Tidak semua peserta pelatihan adalah mereka yang baru lulus sekolah atau kuliah, tetapi ada yang sudah lama lulus dan saat ini berwirausaha mandiri. Tujuan utama mengikuti pelatihan adalah untuk mendapatkan pengakuan kompetensi melalui sertifikat. Dalam pergaulan dan perbincangan sehari-hari antar peserta masih nampak perbedaan antar keduanya. Meskipun pada kenyataannya mereka semua dapat membaur akrab, namun “keminatan” dalam obrolan tentang dunia kerja sangat berbeda. Bagi peserta yang merupakan pelaku wirausaha membicarakan masalah-masalah usaha merupakan topik yang sangat menarik untuk dibahas, namun peserta muda tidak begitu tertarik. Padahal belum tentu juga selepas mengikuti pelatihan akan langsung mendapatkan kerja seperti yang diharapkan. Tentunya membuka diri untuk berwirausaha mandiri bisa menjadi alternatif langkah yang kalau tidak bisa dianggap utama bisa dijadikan kegiatan “sementara” sambil menunggu panggilan kerja.
Memang sangat disayangkan orientasi dan pemikiran para peserta muda dalam mengikuti pelatihan. Tidak salah, tetapi kurang menyeluruh dalam menyikapi kemungkinan dan peluang ke depan. Sebenarnya tidak begitu signifikan keengganan berwirausaha mandiri, hanya minat dan mainset untuk berwirausaha mandiri yang tidak dimiliki. Keinginan mereka hanya satu, yaitu diterima kerja di perusahaan yang intinya mereka siap hanya menjadi pekerja.
Semakin parah lagi bila menyimak kolom komentar di media sosial Instagram, dimana pernah Balai memposting pertanyaan tentang program pelatihan apa yang sebaiknya digelar untuk periode berikutnya. Ada yang menjawab: “Program apa saja yang penting boarding”. Bukan masalah boarding dan non boarding yang menarik dibahas, tetapi jawaban program apa saja itu yang perlu diperhatikan. Sepertinya calon peserta ini tidak memiliki tujuan dan rencana ke depan, sehingga tidak menyebutkan program pelatihan apa yang benar-benar ingin ia pelajari.
Bila dilihat dari materi pelatihan yang disajikan, memang sudah mengakomodir keinginan peserta muda. Namun jaman sudah berubah, rasanya kurang lengkap bila hanya memotivasi diri hanya bertujuan untuk bekerja kepada orang lain. Motivasi berwirausaha mandiri perlu dimunculkan dalam diri setiap peserta pelatihan. Menambahkan materi kewirausahaan mandiri bisa menjadi pilihan. Peserta mempelajari bagaimana memulai usaha sayuran hidroponik, bagaimana memanfaatkan media sosial dalam menjalin komunitas dan bagaimana menggunakan digital marketing dalam pemasaran produk. Diharapkan ke depan balai pelatihan tidak hanya meluluskan calon pekerja-pekerja yang kompeten saja, namun juga menghasilkan calon-calon wirausaha muda yang kompeten.
Kemanakah kaki akan melangkah? maka jawabnya kembali kepada diri masing-masing. Hanya ingin bekerja untuk orang lain atau berwirausaha mandiri. BPVP Bandung Barat selalu siap dan kehadirannya selalu dapat diandalkan.